Chairullah’s Blog

Tepat pukul 14.15 WIB tanggal 11-01-2011 telah lahir anak pertama kami yang bernama M Usman Yasir al Fatih di Rumah Sakit Islam Jakarta

Cempaka Putih. Alhamdulillah lahir dengan normal. Ini adalah pengalaman yang tak terlupakan, karena baru pertama kalinya punya anak. kami hanya bisa mengucap syukur karena anak kami telah lahir dengan selamat dan sehat. semua orang terdekat kami informasikan kebahagiaan ini, agar mereka juga dapat merasakan kebahagiaan yang saat ini terasa. Semoga anak ini menjadi anak yang sholeh berbakti kepada kedua orang tua dan bermanfaat bagi agama dan negara. Amin…

Membaca merupakan kegiatan yang bagi sebagian orang adalah kegiatan yang membosankan. Namun, bagi sebaian lagi hal ini merupakan salah satu media yang paling efektif untuk mendapatkan sebuah informasi untuk membuka cakrawala dunia secara obyektif, mandiri, dan kreatif. Dengan membaca kita akan banyak mendapat ilmu pengetahuan, dan pengalaman cakrawala berfikir yang sistematis. Bahkan, dengan membaca, kita akan menjadi seorang yang kreatif, kritis, dan bijak, atau sekurang-kurangnya kita bias hijrah dari orang yang tidak tahu menjadi orang yang mengetahui. Namun, tidak banyak orang yang memanfaatkan kesempatan yang dimilikinya, misalnya waktu luang untuk membaca alam-sosial, buku-buku, dan sebagainya. Selain itu, bahwa untuk kita bisa mengaktualisasikan kekayaan intelektualitas kita yang diperoleh dari membaca-ke dalam realitas pada berbagai tingkat masyarakat dan peradaban, sehingga akan menghasilkan infrastrukutr yang integral bagi penyebaran ilmu pengetahuan tersebut, maka menulis menjadi kebutuuhan bagi masyarakat ilmu pengetahuan (knowledge society). Al Qur’an sebagai sebagai kitab umat Islam yang tidak memiliki keraguan di dalamnya, yang menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, secara tersirat memberikan penjelasan betapa pentingnya arti membaca dan menulis bagi masyarakat ilmu pengetahuan. Firman Allah Swt. dalam QS. Al Alaq ayat 1-5, telah memberikan gambaran betapa pentingnya membaca dan menulis bagi masyarakat ilmu pengetahuan, bahwa Allah Swt. mengajarakan pada manusia apa yang tidak diketahuinya melalui perantaraan iqro dan qalam, yaitu media baca dan tulis. Firman Allah tersebut ingin menjelaskan bahwa umat Islam menjadi masyarakat buku atau yang dapat disebut juga dengan umat yang gemar membaca. Sehingga, umat muslim tidak tertinggal dari umat non muslim lainnya. Membaca disini tidak hanya sebatas kepada memaca Al Qur’an semata, melainkan kepada buku-buku pengetahuan lainnya, yang tebagi bagi dalam berbagai macam jenis buku yang tertuang dalam berbagai bidang studi diantaranya: sejarah, filsafat, fiqih, muamalah, dan lain-lain. Dengan adanya generasi yang gemar untuk membaca diharapkan akan membuka sebuah peradaban baru yang lebih cerah lagi, sebagaimana telah kita ketahui. Bahwa, Islam pernah mengalami sebuah kemajuan dalam bidang pengetahuan dan teknologi pada masa khalifah Dinasti Abbasiyah yang didirikan oleh Abdullah al Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Abbas. Yang pada masa pemerintahannya telah berkembang pesat dalam dunia pendidikan, dan pada masa ini pula awal terciptanya sebuah kertas dan sudah adanya mesin cetak yang bangsa Eropa dan Romawi belum memilikinya. Popularitas daulat Abbasuyah mencapai puncaknya pada masa pemerintahan khalifah Harun Al Rasyid. Sejarah ini yang dapat di jadikan tolok ukur kita semua saat ini. Apakah kita dapat mengembalikan kejayaan Islam dengan lebih baik lagi. Yang mungkin kita sering dengar cerita negeri seribu satu malam, cerita ini bukan hanya hayalan belaka tetapi sudah terjadi pada masa lalu, yang sampai saat ini negara-negara maju pun belum dapat mengalahkannya kejayaannya. Mari kita awali semua itu dengan membangun sebuah pribadi yang peduli akan membaca buku, walau bagi sebagian orang sulit untuk memulainya, tetapi kalau tidak dimulai dari sekarang, dari hal terkecil, dan mulai dari diri sendiri hal tersebut hanylah sebuah mimpi. II. Faedah Membaca Membaca merupakan media tranformative yang yang efektif dalam upayanya untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui membaca. Dalam sejarah Islam, pada abad pertama Islam, tradisi lisan lebih mendominasi dan menjadi alat utama untuk menyebarluaskan pengetahuan (informasi). Tetapi segera menjadi jelas bahwa hafalan tidak dapat diandalkan sepenuhnya, dan bentuk tulisan mulai dikenal di kalangan pencari pengetahuan. Islam menumbuhkan niat mencari pengetahuan melalui baca tulis- sebagai kewajiban agama, menurut definisi, untuk menjadi muslim berarti harus memahami secara mendalam pewarisan, perbuatan, prosesi dan penyebarluasan pengetahuan. Lebih dari itu konsep baca tulis tidak terbatas dan elitis. Baca tulis merupakan pengetahuan distributive, yang bukan hanya monopoli individu, kelas, kelompok, golongan, atau jenis kelamin tertentu, bukan hanya kewajiban sedikit orang yang lantas membebaskan kewajiban sebagian besar anggota masyarakat, baca tulis tidak hanya terbatas pada bidang penyelidikan atau disiplin tertentu, namun mencakup seluruh dimensi kesadaran manusia dan semua fenomena alam. Adapun faedah yang dapat diambil dari membaca adalah: 1. Membaca dapat mengusir perasaan was-was, kecemasan, dan kesedihan. 2. Membaca dapat menghindarkan seseorang agar tidak tenggelam dalam hal-hal yang bathil. 3. Membaca dapat menjauhkan dari kemungkinan seseorang untuk berhubungan dengan orang-orang yang menganggur dan tidak memiliki aktivitas. 4. Membaca dapat melatih lidah untuk tidak berbicara dengan baik, menjauhkan kesalahan ucapan, dan menghiasi dengan balaghah dan fashahah. 5. membaca dapat mengembangkan akal, mencerahkan pikiran, dan membersihkan hati nurani. 6. Membaca dapat meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan daya ingat serta pemahaman. 7. dengan membaca orang dapat mengambil pelajaran dari pengalaman orang lain, kebijaksanaan kalangan bijak bestari, dan pemahaman ulama. 8. Mematangkan kemampuan seseorang untuk mencari dan memproses pengetahuan, untuk mempelajari bidang-bidang pengetahuan yang berbeda, dan penerapannya dalam kehidupan nyata. 9. Menambah keimanan, khususnya ketika mmbaca buku-buku karangan kaum muslimin. Sebab bukua merupakan; pemberi nasihat yang paling agung, pendorong jiwa yang paling besar, dan penyuruh kepada kebaikan yang paling bijaksana. 10. Membaca dapat membantu pikiran agar lebih tenang, membuat hati agar lebih terarah, dan memanfaatkan waktu agar tidak terbuang tercuma. 11. Membaca dapat membantu memahami; proses terjadinya kata secara lebih detail, proses pembentukan kalimat, untuk mengungkap konsep dan untuk membantu memahami apa yang berada di balik tulisan. III. Keutamaan Membaca Di dalam membicarakan mengenai usaha menggalakan gemar membaca tentunya diasumsikan bahwa buku harus ada dan buku harus di baca, tanpa adanya buku mungkin hal ini akan menjadi sebuah mimpi belaka. Tetapi dengan sebuah tekad yang bulat bagi mereka yang memiliki kekurangan dalam hal ekonomi masih banyak cara yang dapat ditempuh untuk dapat membaca, karena media-media untuk membaca sudah cukup banyak tersedia seperti perpustakaan umum, taman bacaan masyarakat, atau lain sebagainya. Ada sebuah ceria dari para tokoh besar tentang keutamaan membaca salah satunya Al Hasan Al Lu’lui berkata, “Saya melakukan perjalanan selama empat puluh tahun, dan saya tidak pernah tidur siang. Tidak pula pada malam hari dan tidak pula bersandar, kecuali buku selalu saya letakkan di dada.” Dari kisah ini dapat dilihat dan kita renungi, betapa berharganya waktu bagi mereka yang menginginkan sebuah ilmu bahwa buku adalah sesuatu yang jika kita pandang maka akan memberikan kenikmatan yang panjang, di akan menajamkan kemampuan intelektual, membuat lidah tidak kelu, dan membuat ujung jemari semakin indah. Buku akan memberikan penghormatan orang-orang awam dan persahabatan dengan raja-raja. Kesendirian tiadak akan membahayakan selama kita selalu bersamnya (buku), dan tidak akan memaksa kita untuk duduk bersama orang-orang yang jelek perangainya. Kita sadar buku adalah pilihan tebaik bagi orang-orang yang kosong untuk menghabiskan waktu siangnya, dan bagi orang-orang yang suka bersenang-senang untuk menghabiskan malam-malam mereka. Buku adalah sesuatu yang tanpa mereka sadari; memberikan dorongan untuk mencoba, menggunakan nalarnya, membentuk kepribadiannya, menjaga kehormatan mereka, meluruskan agama mereka, dan mengembangkan harta mereka. Apabila kita sekarang berbicara mengenai arti penting membaca dan, maka ini artinya kita membutuhkan suatu perubahan budaya dari dongeng ke bacaan. Kita ketahui, bahwa perubahan budaya merupakan suatu hal yang sangat sulit. Namun demikian, bukan berarti kesulitan itu tidak bisa kita upayakan perubahannya. Sekarang kita sudah tahu betapa pentingnya membaca buku sesuai dengan ayat pertama yang diturunkan Allah melalui malaikat Jibril kepada Rasulullah agar umatnya mau untuk membaca, karena banyak hal yang akan didapat dari membaca itu sendiri. Semoga dengan adanya tulisan yang singkat ini dapat memotivasi kita semua untuk membaca agar adanya sebuah perubahan peradaban yang lebih baik lagi hari esoknya. Amin Membaca merupakan kegiatan yang bagi sebagian orang adalah kegiatan yang membosankan. Namun, bagi sebaian lagi hal ini merupakan salah satu media yang paling efektif untuk mendapatkan sebuah informasi untuk membuka cakrawala dunia secara obyektif, mandiri, dan kreatif. Dengan membaca kita akan banyak mendapat ilmu pengetahuan, dan pengalaman cakrawala berfikir yang sistematis. Bahkan, dengan membaca, kita akan menjadi seorang yang kreatif, kritis, dan bijak, atau sekurang-kurangnya kita bias hijrah dari orang yang tidak tahu menjadi orang yang mengetahui. Namun, tidak banyak orang yang memanfaatkan kesempatan yang dimilikinya, misalnya waktu luang untuk membaca alam-sosial, buku-buku, dan sebagainya. Selain itu, bahwa untuk kita bisa mengaktualisasikan kekayaan intelektualitas kita yang diperoleh dari membaca-ke dalam realitas pada berbagai tingkat masyarakat dan peradaban, sehingga akan menghasilkan infrastrukutr yang integral bagi penyebaran ilmu pengetahuan tersebut, maka menulis menjadi kebutuuhan bagi masyarakat ilmu pengetahuan (knowledge society).
Al Qur’an sebagai sebagai kitab umat Islam yang tidak memiliki keraguan di dalamnya, yang menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, secara tersirat memberikan penjelasan betapa pentingnya arti membaca dan menulis bagi masyarakat ilmu pengetahuan. Firman Allah Swt. dalam QS. Al Alaq ayat 1-5, telah memberikan gambaran betapa pentingnya membaca dan menulis bagi masyarakat ilmu pengetahuan, bahwa Allah Swt. mengajarakan pada manusia apa yang tidak diketahuinya melalui perantaraan iqro dan qalam, yaitu media baca dan tulis. Firman Allah tersebut ingin menjelaskan bahwa umat Islam menjadi masyarakat buku atau yang dapat disebut juga dengan umat yang gemar membaca. Sehingga, umat muslim tidak tertinggal dari umat non muslim lainnya.
Membaca disini tidak hanya sebatas kepada memaca Al Qur’an semata, melainkan kepada buku-buku pengetahuan lainnya, yang tebagi bagi dalam berbagai macam jenis buku yang tertuang dalam berbagai bidang studi diantaranya: sejarah, filsafat, fiqih, muamalah, dan lain-lain. Dengan adanya generasi yang gemar untuk membaca diharapkan akan membuka sebuah peradaban baru yang lebih cerah lagi, sebagaimana telah kita ketahui. Bahwa, Islam pernah mengalami sebuah kemajuan dalam bidang pengetahuan dan teknologi pada masa khalifah Dinasti Abbasiyah yang didirikan oleh Abdullah al Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Abbas. Yang pada masa pemerintahannya telah berkembang pesat dalam dunia pendidikan, dan pada masa ini pula awal terciptanya sebuah kertas dan sudah adanya mesin cetak yang bangsa Eropa dan Romawi belum memilikinya. Popularitas daulat Abbasuyah mencapai puncaknya pada masa pemerintahan khalifah Harun Al Rasyid.
Sejarah ini yang dapat di jadikan tolok ukur kita semua saat ini. Apakah kita dapat mengembalikan kejayaan Islam dengan lebih baik lagi. Yang mungkin kita sering dengar cerita negeri seribu satu malam, cerita ini bukan hanya hayalan belaka tetapi sudah terjadi pada masa lalu, yang sampai saat ini negara-negara maju pun belum dapat mengalahkannya kejayaannya. Mari kita awali semua itu dengan membangun sebuah pribadi yang peduli akan membaca buku, walau bagi sebagian orang sulit untuk memulainya, tetapi kalau tidak dimulai dari sekarang, dari hal terkecil, dan mulai dari diri sendiri hal tersebut hanylah sebuah mimpi.

II. Faedah Membaca
Membaca merupakan media tranformative yang yang efektif dalam upayanya untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui membaca.
Dalam sejarah Islam, pada abad pertama Islam, tradisi lisan lebih mendominasi dan menjadi alat utama untuk menyebarluaskan pengetahuan (informasi). Tetapi segera menjadi jelas bahwa hafalan tidak dapat diandalkan sepenuhnya, dan bentuk tulisan mulai dikenal di kalangan pencari pengetahuan.
Islam menumbuhkan niat mencari pengetahuan melalui baca tulis- sebagai kewajiban agama, menurut definisi, untuk menjadi muslim berarti harus memahami secara mendalam pewarisan, perbuatan, prosesi dan penyebarluasan pengetahuan. Lebih dari itu konsep baca tulis tidak terbatas dan elitis.
Baca tulis merupakan pengetahuan distributive, yang bukan hanya monopoli individu, kelas, kelompok, golongan, atau jenis kelamin tertentu, bukan hanya kewajiban sedikit orang yang lantas membebaskan kewajiban sebagian besar anggota masyarakat, baca tulis tidak hanya terbatas pada bidang penyelidikan atau disiplin tertentu, namun mencakup seluruh dimensi kesadaran manusia dan semua fenomena alam.
Adapun faedah yang dapat diambil dari membaca adalah:
1. Membaca dapat mengusir perasaan was-was, kecemasan, dan kesedihan.
2. Membaca dapat menghindarkan seseorang agar tidak tenggelam dalam hal-hal yang bathil.
3. Membaca dapat menjauhkan dari kemungkinan seseorang untuk berhubungan dengan orang-orang yang menganggur dan tidak memiliki aktivitas.
4. Membaca dapat melatih lidah untuk tidak berbicara dengan baik, menjauhkan kesalahan ucapan, dan menghiasi dengan balaghah dan fashahah.
5. membaca dapat mengembangkan akal, mencerahkan pikiran, dan membersihkan hati nurani.
6. Membaca dapat meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan daya ingat serta pemahaman.
7. dengan membaca orang dapat mengambil pelajaran dari pengalaman orang lain, kebijaksanaan kalangan bijak bestari, dan pemahaman ulama.
8. Mematangkan kemampuan seseorang untuk mencari dan memproses pengetahuan, untuk mempelajari bidang-bidang pengetahuan yang berbeda, dan penerapannya dalam kehidupan nyata.
9. Menambah keimanan, khususnya ketika mmbaca buku-buku karangan kaum muslimin. Sebab bukua merupakan; pemberi nasihat ysng paling agung, pendorong jiwa yang paling besar, dan penyuruh kepada kebaikan yang paling bijaksana.
10. Membaca dapat membantu pikiran agar lebih tenang, membuat hati agar lebih terarah, dan memanfaatkan waktu agar tidak terbuang tercuma.
11. Membaca dapat membantu memahami; proses terjadinya kata secara lebih detail, proses pembentukan kalimat, untuk mengungkap konsep dan untuk membantu memahami apa yang berada di balik tulisan.

III. Keutamaan Membaca
Di dalam membicarakan mengenai usaha menggalakan gemar membaca tentunya diasumsikan bahwa buku harus ada dan buku harus di baca, tanpa adanya buku mungkin hal ini akan menjadi sebuah mimpi belaka. Tetapi dengan sebuah tekad yang bulat bagi mereka yang memiliki kekurangan dalam hal ekonomi masih banyak cara yang dapat ditempuh untuk dapat membaca, karena media-media untuk membaca sudah cukup banyak tersedia seperti perpustakaan umum, taman bacaan masyarakat, atau lain sebagainya.
Ada sebuah ceria dari para tokoh besar tentang keutamaan membaca salah satunya Al Hasan Al Lu’lui berkata, “Saya melakukan perjalanan selama empat puluh tahun, dan saya tidak pernah tidur siang. Tidak pula pada malam hari dan tidak pula bersandar, kecuali buku selalu saya letakkan di dada.”
Dari kisah ini dapat dilihat dan kita renungi, betapa berharganya waktu bagi mereka yang menginginkan sebuah ilmu bahwa buku adalah sesuatu yang jika kita pandang maka akan memberikan kenikmatan yang panjang, di akan menajamkan kemampuan intelektual, membuat lidah tidak kelu, dan membuat ujung jemari semakin indah. Buku akan memberikan penghormatan orang-orang awam dan persahabatan dengan raja-raja. Kesendirian tiadak akan membahayakan selama kita selalu bersamnya (buku), dan tidak akan memaksa kita untuk duduk bersama orang-orang yang jelek perangainya.
Kita sadar buku adalah pilihan tebaik bagi orang-orang yang kosong untuk menghabiskan waktu siangnya, dan bagi orang-orang yang suka bersenang-senang untuk menghabiskan malam-malam mereka. Buku adalah sesuatu yang tanpa mereka sadari; memberikan dorongan untuk mencoba, menggunakan nalarnya, membentuk kepribadiannya, menjaga kehormatan mereka, meluruskan agama mereka, dan mengembangkan harta mereka.
Apabila kita sekarang berbicara mengenai arti penting membaca dan, maka ini artinya kita membutuhkan suatu perubahan budaya dari dongeng ke bacaan. Kita ketahui, bahwa perubahan budaya merupakan suatu hal yang sangat sulit. Namun demikian, bukan berarti kesulitan itu tidak bisa kita upayakan perubahannya.
Sekarang kita sudah tahu betapa pentingnya membaca buku sesuai dengan ayat pertama yang diturunkan Allah melalui malaikat Jibril kepada Rasulullah agar umatnya mau untuk membaca, karena banyak hal yang akan didapat dari membaca itu sendiri. Semoga dengan adanya tulisan yang singkat ini dapat memotivasi kita semua untuk membaca agar adanya sebuah perubahan peradaban yang lebih baik lagi hari esoknya. Amin

Bangsa Indonesia saat ini sedang menghadapi sebuah peristiwa yang akan menentukan masa depannya selama lima tahun kedepan, dengan diadakannya Pilpres (pemilihan presiden). Mungkin di dalam hati setiap rakyat Indonesia masih bimpang mana bakal calon presiden mereka yang berhak untuk memimpin Indonesia seuai dengan hati nuraninya. Para Ca-Pres (Calon Presiden) sudah mengikuti msa kampanye. Untuk mempromosikan visi dan misinya selama lima tahun kedepan. Mereka berkampanye dengan berbagaimacam cara, ada yang berorasi menyudutkan calon yang lain, ada lagi yang lainnya. Dari kampanye yang di lakukan oleh setiap calon presiden begitu banyak janji-janji yang mereka umbar kepada rakyat untuk menyakini rakyat agar mau milihnya nanti pada waktu yang telah ditentukan. Ingat rakyat sekarang ini sudah lebih maju lagi, karena dapat menilai dengan baik mana calon presiden yang berhat untuk menjadi pemimpinnya nanti. Ada hal yang perlu juga diingat oleh para calon presiden, bahwa ap yang mereka ucapkan di kampanye dalam bentuk janji-janji tersebut akan diminta pertanggungjawabanya. Sebagaimana yang telah ada di dalam Al Qur’an surat Al Isra ayat 34 yang berbunyi: ” …….dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawabanya.” Kalau saja seluruh calon presiden dapat memahami isi kandungan surat ini pastilah mereka akan berusaha untuk menepati janji. Tapi yang jadi permasalahan, Apakah mereka suka berinteraksi dengan Al Qur’an? Bagaimana mungkin mereka dapatmemahami isi kandungannya kalau membaca saja merekia sulit… Semoga saja para Ca-Pres membacaartikel kecil ini agar mereka tergugah dan memiliki rasa tanggung jawab atas segala yang telah mereka ucapkan pada saat kampanye apabila nanti terpilih menjadi presiden. Jika seorang pemimpin menjalankan amanh yang dibebankan kepadanya, maka dia berhak untuk dipatuhi oleh umatnya. Ada sebuah kisah tentang kepemimpinan pada zaman kepemimpinan Khalifah Abu Bakar As Sidiq r.a di bai’at menjadi khalifah di berpidato dengan mengatakan : “Saya dilantik menjadi khalifah bukanlah karena saya lebih baik dari pada kamu sekalin. Jika saya berbuat baik, bantulah, dan kalu saya berbuat buruk (menyeleweng) luruskanlah. Orang-orang yang lemah diantara kamu menjadi kuat, karena saya akan melindungi hak-haknya. Janganlah kamu meninggalkan perjuangan, karena akibat sikap yang demikian akan ditimpakan Allah kehinaan di atas pundakmu. Patuhlah kepada saya selama saya patuh kepada Allah dan Rsasul-Nya,jika saya durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya, maka tidaklah wajib bagi kamu menaati saya.” Dari pernyataan Abu Bakar r.a. perlu dijadikan sebuah contoh bagi para presiden nanti apabila jadi terpilih. Apabila hal tersebut juga dapat dicontoh oleh para pemimpin kita, maka akan aman dan sejahtera seluruh rakyat Indonesia tanpa pandang bulu. Rakyat sekarang sudah kengan dengan bualan janji-janji yang kalian ucapkan. Sekarang saatnya kerja dengan bukti bukan janji. Tetap semangat rakyat saudaraku jangan sampai kau tidak memilih nanti. Pilihlah calon presiden yang dapat mewaliki keinginan mu ok…

Bulan Rajab merupakan bulan mulia (haram) yang disebutkan Allah s.w.t dalam firman-Nya berikut ini:

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan Haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus. Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang emapat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasannya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa” (QS. At -Taubah:36)

“Sesungguhnya waktu itu senantisa berputar seperti keadaannya saat Allah s.w.t. menciptakan langit dan bumi : satu tahun terdiri dari dua belas bulan, dan empat diantaranya bulan Haram; tiga diantaranya berurutan ((yaitu) bulan Dzul Qha’dah, Dzulhijjah, dan Muharram dan bulan Rajab, atau bulan bani Mudhar, yaitu bulan antara Jumada ats-Tsaniyah dan Sya’ban.” (Hadits Bukhari:1/24, Muslim: 3/1305, Ahmad: 5/37, Abu Daud:3/483)

Ibnu Abbas berkata, “Maksudnya, janganlah kamu sekalian menganiaya diri kalian di semua bulan itu. Lalu Allah s.w.t. mengkhususkan empat di antaranya sebagai bulan Haram (mulia), meninggikan kemuliannya, dan menjadikan balasan dosa-dosa dan juga pahala setiap amal saleh yang dilakukan pada bulan-bulan tersebut lebih besar.”

Anas ibn Malik meriwayatkan:

“Setiap bulan Rajab tiba, Rasulullah s.a.w. berdoa, “Ya Allah, Limpahkanlah berkah pada kami bulan Rajab dan Sya’ban dan hidupkalah kami sampai bulan Ramadhan. ‘Beliau s.a.w. juga bersabda, ‘Malam Jum’at adalah malam yang terang bederang dan hari jum’at adalah hari yang cerah’.” (HR. Ahmad 1/259)

Petama-tama, mari kita baca bersama hadits yang bebas dari segala perbedaan pendapat, yaitu hadits Hamad ibn Salamah dari Tsabit, dari Anas r.a. Hadits ini merupakan hadits yang paling kuat dan bebas dari segala perselisihan.

Imam Muslim meriwayatkan:

Syaiban ibn Farukh telah menyampaikan kepada kami dari Hamad ibn Slalamah, dari Tsabit al Banani, dari Anas ibn Malik r.a. bahwa Rasulullah s.a.w. bercerita:

Dibawakan kepadaku Buraq – sejenis hewan berwarna putih, tubuhnya lebih besar daripada keledai dan lebih kecil daripada bagal – yang langkah kakinya sejauh matanya memandang. Aku pun mengendarainya sampai tiba di Abitul Maqdis. Buraq itu ku tambatkan dengan tali yang digunakan oleh para nabi (untuk meambatkan tunggangan mereka).

Kemudian aku masuk Masjidil Aqsha dan kudirikan shalat dua rakaat di sana. Setelah aku keluar, Malaikat Jibril a.s. memabawakan kehadapan ku segelas arak dan segelas susu. Aku lantas memilih susu, Jibril pun berkata, “Engkau telah memilih fitrah”.

Selanjtnya kami dinaikkan ke langit terdekat (pertama). Jibril lalu meminta agar pintunya dibukakan. Dia pun ditanya oleh penjaga pintunya, “Siapa kamu?”

Jibril menjawab, “Aku Jibril.”

Jibril ditanya lagi, “SIapa yang bersamamu?”

Dia menjawab, “Muhammad.”

Penjaga pintu langit itu kembali bertanya, “Apakah dia diutus (untuk naik menghadap Allah)?”

Jibril menjawab, “Dia memang diutus (untuk menghada Allah).”

Maka pintunya dibukakan untuk kami dan aku bertemu dengan Adam a.s. Dia pun menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Selanjutnya kami dinaikkan ke langit kedua. Jibril a.s. juga meminta agar pintu langit dibukakan. Da pun ditanya oleh penjaga pintunya, “Siapa kamu?’

Jibril menjawab, “Aku jibril.”

Jibril ditanya lagi, “SIapa yang bersamamu?”

Dia menjawab, “Muhammad.”

Penjaga pintu langit itu kembali bertanya, “Apakah dia diutus (untuk naik menghadap Allah)?”

Jibril menjawab, “Dia memang diutus (untuk menghada Allah).”

Maka pintunya dibukakan untuk kami dan aku bertemu dengan dua orang sepupuku, yaitu Isa ibn Maryam a.s. dan Yahya ibn Zakariya a.s. Keduanya menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Selanjutnya kami dinakkan ke langit ketiga. Jibril a.s. lalu meminta agar pintu langit dibukakan. Dia pun ditanya, “Siapa kamu?”

Jibril menjawab, “Aku Jibril”

Jibril ditanya lagi, “Siapa yang bersamamu?”

Dia menjawab, “Muhammad.”

Penjaga pintu langit itu kembali bertanya, “Apakah dia diutus (untuk naik menghadap Allah)?”

Jibril menjawab, “Dia memang diutus (untuk naik menghadap Allah).”

Maka pintunya dibukakan untuk kami dan aku bertemu dengan Yusuf a.s. yang ternyata ketampanannya luar biasa. Dia pun menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Selanjutnya kami dinaikkan ke langit keempat. Jibril a.s. pun meminta agar pintu langit dibukakan. Dia (oleh penjaga pintunya) ditanya, “Siapa kamu?”

Jibril menjawab, “Aku Jibril.”

Jibril ditanya lagi, “Siapa yang bersamamu?”

Dia menjawab, “Muhammad.”

Penjaga pintu langit itu kemabli bertanya, “Apakah dia diutus (untuk naik menghadap Allah)?”

Maka pintu dibukakan untuk kami dan aku bertemu dengan Idris a.s. Diamenyambutku dan mendoakan kebaikkan untukku. Memang benar firman Allah: “Dia kami telah mengangkatnya (Idris a.s.) ke martabat yang tinggi.” (QS. Maryam:57).

Selanjutnya kami dinaikkan ke langit kelima. Jibril a.s. meminta agar pintu langit itu dibukaka. Dia (oleh penjaga pintnya) ditanya, “Siapa kamu?”

Jibril menjawab, “Aku Jibril.”

Jibril ditanya lagi, “Siapa yang bersama?”

Dia menjawab, “Muhammad.”

Penjaga pintu itu kembali bertanya, “Apakah dia diutus (untuk naik menghadap Allah)?”

Jibril menjawab, “Dia memang diutus (untuk naik menghadap Allah).”

Maka pintunya dibukakan untuk kami dan aku bertemu dengan Harun a.s. Dia pun menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.”

Selanjutnya kami dinaikkan ke langit keenam. Jibril a.s. lalu meminta agar pintu itu langit dibukakan. Dia pun ditanya, “Siapa kamu?”

Jibril menjawab, “Aku Jibril.”

Jibril ditanya lagi, “Siapa yang bersamamu?”

Dia menjawab, “Muhammad.”

Penjaga pintu langit itu kemabali bertanya, “Apakah dia diutus (untuk naik menghadap Allah)?”

Kemudian, pintunya dibukakan untuk kami. Di sana, aku bertemu dengan Musa a.s. Dia menyambutku dan mendustakan kebaikkan untukku.

Selanjutnya kami dinaikkan ke langit ketujuh. Jibril a.s. pun meminta agar pintu langit dibukakan. Dia lalu ditanya, “Siapa kamu?”

Jibril menjawab, “Aku Jibril.”

Jibril ditanya lagi, “Siapa yang bersamamu?”

Dia menjawab, “Muhammad.”

Penjaga pintu langit itu kembali bertanya, “Apakah dia diutus (untuk naik menghadap Allah)?”

Jibril menjawab, “Dia memang diutus (untuk naik menghadap Allah)”

Maka pintunya dibukakan untuk kami dan aku bertemu dengan Ibrahim a.s. yang sedang menyandarkan punggungnya pada Baitul Ma’mur.

Setiap harinya, Baitul Ma’mur dikunjungi oleh tujuh puluh ribu malaikat yang tidak pernah mengunjunginya lagi sesudahnya (70 ribu malaikat yang masuk ke Baitul Ma’mur setiap harinya selalu pendatang baru). bersambung